Jumat, 20 November 2015

Beberapa System Dalam Metode Hidroponik

Berdasarkan sistem yang digunakan, hidroponik dibagi menjadi beberapa sistem, yaitu :
1. Sistem Sumbu (wick system)
Sistem hidroponik yang menggunakan sumbu yang dipasangkan ke media/pot tanaman, sumbu ini berfungsi untuk mengalirkan larutan nutrisi dari bawah (penampung) ke atas (akar tanaman). Media tanam yang bisa digunakan dalam sistem ini adalah perlite, vermiculite, rockwool dan coco fiber. Karena hanya mengandalkan kapilaritas sumbu dalam memasok nutrisi, maka sistem ini tidak cocok digunakan untuk tanaman rakus hara, karena tanaman akan menyerap nutrisi lebih cepat daripada yang bisa dialirkan oleh sumbu. Sistem ini merupakan sistem yang paling mudah, dan murah, dan sangat cocok untuk tahap belajar.
Karena system ini adalah system pasif (air tidak mengalir), hal yang perlu diperhatikan adalah jentik nyamuk yang sering bersarang di dalam bak. Untuk mengatasi hal ini cek air nutrisi dalam bak setiap satu minggu sekali, dan buang jentik nyamuk. Cara lain untuk mengatasi jentik adalah dengan memelihara ikan cupang di dalam bak.

2. Sistem Rakit Apung (Raft System)
Prinsip sistem hidroponik ini yaitu tanaman ditanam dalam keadaan diapungkan tepat di atas larutan nutrisi, biasanya menggunakan styrofoam sebagai penopangnya. Sistem ini menggunakan aerator (semacam alat pemompa udara) yang dialirkan di dalam larutan nutrisi, bertujuan untuk memberi pasokan udara pada akar tanaman. Namun untuk skala hobi tanpa aerator pun masih bisa diterapkan.
3. Sistem NFT (Nutrient Film Technique)
Sistem hidroponik dengan pemberian nutrisi berupa aliran air yang tipis. Aliran tipis ini dialirkan sepanjang perakaran tanaman, dan biasanya dialirkan (menggunakan pompa air) dengan jangka dan jeda waktu tertentu, sehingga aliran nutrisi dan udara akan terus tersirkulasi dengan seimbang. Sistem NFT banyak diadopsi oleh perkebunan hidroponik skala bisnis. Sistem NFT biasanya tidak menggunakan media tanam, hanya menggunakan pot kecil yang diberi ganjalan gabus atau kapas untuk membuat tanaman berdiri, akar tanaman menjuntai bebas di dalam pipa. Sistem ini sangat tergantung dengan listrik, kehilangan daya listrik atau terjadi kerusakan pompa dapat menyebabkan akar mengering dengan cepat.
4. Sistem Pasang Surut (Ebb And Flow System)
Sistem hidroponik ini juga dikenal dengan istilah Flood and Drain system, atau sistem pasang surut. Maksudnya, tanaman dialiri nutrisi pada waktu tertentu (pasang), kemudian nutrisi dialirkan keluar pada waktu tertentu (surut). Sistem ebb and flow ini umumnya dibangun dengan menggunakan media tanam batu berpori, kerikil, perlite, vermiculite, coco fiber dan juga rockwool yang berbentuk granular. Penggunaan pot individu dapat meningkatkan produktifitas dan memudahkan perawatan.
Kekurangan utama pada sistem ini adalah ketergantungannya yang sangat besar pada listrik, terlebih jika media tanam yang dipilih tidak bagus untuk menahan air seperti kerikil, batu berpori, perlite, sedikit saja siklus pengairan terganggu akar tanaman akan mengering dengan cepat dan tanaman mati. Solusi jika kurang yakin dengan listrik PLN di lokasi anda adalah dengan menyiapkan genset atau menggunakan media tanam yang dapat menahan air dengan baik seperti vermiculite, rockwool dan coco fiber.
5. Sistem Fertigasi (Drip Irrigation)
Sering dikenal dengan istilah drip irrigation atau irigasi tetes. Sistem hidroponik ini menggunakan prinsip irigasi tetes untuk mengalirkan nutrisinya. Yaitu aliran nutrisi dialirkan melalui selang irigasi dan disiramkan pada tanaman dalam bentuk tetesan air (menggunakan dripper) yang sudah diatur dalam selang waktu tertentu, sehingga nutrisi yang dialirkan bisa optimal dan memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Pada sistem ini, aliran nutrisi dialirkan secara terbuka, artinya larutan nutrisi tidak dialirkan kembali ke bak penampung, sehingga pengaturan waktu dan frekuensi penyiraman sangat diperlukan dan dilakukan secara cermat agar pemberian nutrisi dapat efisien tanpa ada nutrisi yang terbuang. Sistem ini biasanya digunakan pada tanaman sayuran buah (tomat, paprika, cabe, terong, dll) yang memiliki ukuran yang tinggi dan cukup lebat.
6. Sistem Aeroponik
Sistem hidroponik dengan posisi tanaman dalam keadaan menggantung, pemberian nutrisi menggunakan sprayer nozzle/kabut. Kabut disemprotkan pada bagian akar sehingga terserap oleh akar tanaman dalam bentuk partikel-partikel mikro. Pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan secara aeroponic lebih cepat dibandingkan dengan sistem hidroponik lainnya, karena nutrisi yang dikabutkan jauh lebih mudah diserap. Aeroponic bisa untuk budidaya tanaman dengan kebutuhan nutrisi tinggi seperti kentang.
7. Sistem Vertikalponik
Sistem ini memanfaatkan pipa pvc, dimana tanaman ditempatkan pada sisi-sisi pipa yang diposisikan berdiri (menggantung). Kemudian nutrisi dialirkan melalui pipa dan selang kecil dari atas pipa sehingga nutrisi mengalir karena gaya gravitasi kebawah menuju penampungan, yang kemudian dipompa kembali ke bagian atas pipa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar